Sabtu, 09 Mei 2009

kimia larutan

A. Pengertian

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekular dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.

Karena molekul-molekul dalam pelarut terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.

Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan menjadi tipe larutan sebagai berikut:

1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.

2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.

3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.

4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya didalam air pada temperature tertentu.

Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solute. Solvent yang biasa dipakai :

1. Air, untuk macam-macam garam.

2. Spirtus, misalnya untuk kamfer, iodium, menthol.

3. Gliserin, misalnya untuk tanin, zat samak, borax dan fenol.

4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor dan sublimat.

5. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.

6. Parafin, liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol dan klorbutanol.

7. Eter minyak tanah, untuk minyak-minyak lemak.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan

1. Sifat dari solute dan solvent

Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.

2. Cosolvensi

Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.

3. Kelarutan

Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :

a. Dapat larut dalam air

Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.

b. Tidak larut dalam air

Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.

4. Temperatur

Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.

Zat terlarut + pelarut + panas larutan.

Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.

Zat terlarut + pelarut larutan + panas

Contoh : KOH dan K2SO4

Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :

a. Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.

b. Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.

c. Saturatio

d. Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.

5. Salting Out

Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.

6. Salting In

Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.

7. Pembentukan Kompleks

Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.

Kecepatan kelarutan dipengauhi oleh :

1. Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ; makin luas permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.

2. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelaruta solute.

3. Pengadukan.

C.Macam-Macam Sediaan Larutan Obat

Bentuk sediaan larutan berdasarkan cara pemberiannya dibedakan atas :


Larutan oral

Yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran cosolvent-air.

1. Potiones (obat minum)

Adalah solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (peroral). Selain berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi.

2. Sirup

Ada 3 macam sirup yaitu :

a. Sirup simpleks, mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin 0,25 % b/v.

b. Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan digunakan untuk pengobatan.

c. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.

3. Elixir

Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan (pemanis, pengawet, pewarna dan pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagai pelarut digunakan campuran air – etanol.

Disini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat pada elixir dapat pula ditmbahkan glicerol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti gula bisa digunakan sirup gula.

4. Netralisasi, saturatio dan potio effervescent.

a. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral. Contohnya : solutio citratis magnesici, amygdalas ammonicus.

b. Saturatio adalah Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.

c. Potio effervescent adalah Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.

5. Guttae (drops)

Guttae / obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila tidak dinyatakan lain maka dimaksudkan untuk obat dalam.

6.Dll

Larutan topikal

Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali juga pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan untuk penggunaan topikal pada mukosa mulut. Larutan topikal yang berupa suspensi disebut lotio. Sediaan-sediaan termasuk larutan topikal :

1. Collyrium

Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas pirogen, isotonis, digunakan untuk membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.

2. Guttae Ophthalmicae

Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi, partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.

3. Gargarisma

Gargarisma / obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan. Contohnya : Betadin gargle.

4. Guttae Oris

Tetes mulut adalah Obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumur, tidak untuk ditelan.

5. Guttae Nasalis

Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.

6. Inhalation

Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot oleh hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam bentuk kabut kedalam saluran pernafasan. Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai bronkhioli.

7. Injectiones / Obat suntik

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.

8. Lavement / Enema / Clysma

Cairan yang pemakaiannya per rectum / colon yang gunanya untuk membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik. Enema yang digunakan untuk membersihkan atau penolong pada sembelit atau pembersih feces sebelum operasi, tidak boleh mengandung zat lendir. Selain untuk membersihkan enema juga berfungsi sebagai karminativa, emolient, diagnostic, sedativa, anthelmintic dan lain-lain.

9. Douche

Adalah larutan dalam air yang dimaksudkan dengan suatu alat kedalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan. Karena larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptik. Contoh : Betadin Vagina Douche.

10. Epithema / Obat kompres

Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat-tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose digunakan untuk mngeringkan luka bernanah. Contoh : Rivanol.

11. Litus Oris

Oles bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam mulut. Contoh larutan 10 % Borax dalam gliserin.


Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata :

  1. Nilai isotonisitas
  2. Pendaparan
  3. Pengawet
  4. Pengental
  5. Pengkhelat

Sumber :

  1. Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jakarta : UI Press.
  2. Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
  3. Soetopo. Seno, dkk. 2001. Teori Ilmu Resep. Jakarta.

1 komentar: