Pemisahan berdasarkan penukaran anion
Karena banyaknya logam yang dapat dititrasi dengan EDTA, maka masalah selektivitas menjadi penting. Pemisahan berdasarkan penukaran anion atau ekstraksi pelarut perlu dilakukan terhadap suatu campuran. Selektivitas dapat diperbaiki dengan mengendalikan pH pemakaian pengompleks sekunder (sequistering agent), pemilihan penitrannya dan pengendalian laju reaksi. Kompleks yang stabil biasanya terbentuk pada pH rendah seperti Fe(pH=2,0), Al3+, Zr4+, B3+ semua dititrasi pada pH 5. pada titrasi Ca, untuk menghindarkan interferensi dari Zn, Cd, ion - ion ini dimasking dengan KCN. Misal: Ca, Mg dapat dititrasi pada pH 10 dengan penmabahan nitril glikolat, yang akan membebaskan Zn, Cd dari kompleks dengan EDTA. BAL, atau 2,3 dimerkaptopropanol dapat digunakan sebagai masking agent untuk Zn, Bi, Pb, Hg. Thiourea, asam tiogikolat, thiosemicarbazid dapat digunakan sebagai elemen masking melalui pembentukan sulfida yang tidak larut. EDTA dapat digunakan untuk menitrasi Ca dalam campuran Mg dengan mempergunakan indikator murexide. Campuran Cd, Zn dapat dititrasi dengan EDTA, dengan menggunakan buffer NH3-NH4Cl, karena Cd(NH3)2 kurang stabil dibandingkan Zn(NH3)2 sehingga EDTA hanya menitrasi Cd.
Dengan menggunakan zat-zat penopeng beberapa kation dalam suatu campuran serung dapat ditutupi sehingga tak dapat lagi bereaksi dengan EDTA atau dengan indikator. Satu zat penopeng yang efektif adalah ion sianida; ion ini membentuk kompleks-kompleks sianida yang stabil dengan kation Cd, Zn, Hg(II), Cu, Co, Ni, Ag, dan logam-logam platinum, tetapi tidak dengan alkali-alkali tanah, mangan, dan timbel:
M2+ + 4CN- ? [Mn(CN)4]2-
Karena itu adalah mungkin untuk menetapkan kation seperti Ca2+, Mg2+, Pb2+, dan Mn2+ dengan adanya logam-logam yang disebut di atas, dengan menutupnya dengan Kalium atau Natrium sianida berlebih. Besi dan jumlah yang sedikit, dapat ditutup dengan sianida, jika ia direduksi dulu ke keadaan besi(II) dengan penambahan asam askorbat. Titanium(IV), besi(III), dan alumunium dapat ditutup dengan trietanol amina; merkurium dengan ion iodida; dan alumunium, besi(III), titanium(IV), dan timah(II) dengan amonium fluorida (kation-kation dari logam-logam alkali tanah menghasilkan fluorida-fluorida yang dapat larut sedikit).
Kadang-kadang logam itu dapat diubah ke keadaan oksidasi yang berbeda; begitulah, tembaga(II) dapat direduksi dalam larutan asam oleh hidroksilamina atau asam askorabat. Setelah dijadikan amonikal, nikel atau kobalt dapat dititrasi dengan menggunakan misalnya, mureksida sebagai idikator tapa terganggu oleh tembaga, yang sekarang berada sebagai Cu(I). Besi(III) sering dapat ditutupi serupa dengan mereduksinya dengan asam askorbat.
Keberhasilan suatu titrasi EDTA bergantung pada penetapan titik akhir secara cermat. Prosedur - prosedur yang paling umum mempergunakan indicator ion logam. Persyaratan bagi sebuah indicator ion logam untuk digunakan pada pendeteksian visual dari titik - titik akhir meliputi :
a) Reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hamper semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat.
b) Reaksi warna itu haruslah speaifik (khusus), ayau sedikitnya selektif
c) Kompleks indicator logam itu harus memilikikestabilan yang cukup, kalu tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks indicator logam itu harus kurang stabildibanding kompleks logam EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion - ion logam dari kompleks indicator logam itu. Perubahan dalam kesetimbanagan dari kompleks indicator logan ke kompleks logam EDTA harus tajam dan cepat.
d) Kontras warna antara indicator bebas dan kompleks indicator logam harus sedemikian sehinggan mudah diamati.
e) Indikator harus angat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen.
f) Persyaratn diatas harus dipenuhi dalam jangkau pH padamana titrasi dilakukan.
Karena semua indikator ini asam lemah harga K’zn tergantung pada tetapan ionisasi asam dari reagennya dan pada pH. Jika log Kzn setara dengan pM pada titik ekivalen, dan jika jumlah indikatornya sedikit, maka kurva antara perubahan warna terhadap jumlah titran yang setara akan simetris. Indikator dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan kesalahan titrasi. Kompleks logam adalah merah lembayung tetapi indikator ini tidak efisien pada pH < 8,0. diatas pH 6,0 xylenol orange tidak efektif sebagai indikator. Murexida mempunyai daerah pH luas, dimana pK1=0, pK2=9,2 dan pK3=10,5. celcin biru adalah indikator pendar-fluor yang efektif pada pH netral. Kadangkala kompleks yang terlalu kuat atau terlalu lemah terbentuk dengan EBT dalam titrasi langsung. Kompleks yang kuat dapat mengurangi fungsinya sebagai indikator seperti Cu, Co, Ni membentuk kompleks logam EBT yang stabil dan menggunakan KCN untuk menyembunyikan ( masking ) logam ini. Reaksi demikian terjadi dalam analisis air dimana sampel terkontaminasi oleh tembaga. Sebaliknya bila kompleks logam indikator adalah lemah, maka EDTA dapat ditambahkan berlebih kemudian dititrasi balik dengan larutan standar.
Titrasi substitusi kompleks dapat dilakukan dengan penambahan Mg(EDTA)2 terhadap garam Ca2+, akan diperoleh Ca(EDTA)2 dan Mg2+ bebas, yang kemudian dapat membentuk kompleks berwarna dengan EBT yang dititrasi dengan titran EDTA. Pemberian titik tajam Hg dapat dititrasi dengan menggunakan kompleks Mg atau Zn EDTA. Mg2+ bebas ini dapat dititrasi kembali dengan EDTA.
Mureksida merupakan indikator ion logam pertama yang digunakan dalam titrasi EDTA. Larutan - larutan murekida berwarna violet kemerahan sampai pH = 9, violet dari pH 9 sampai pH 11, dan violet biru (atau biru) diatas pH 11. Perubahan warna ini mungkin disebabkan oleh menyingkirkan proton secara berangsur-angsur dari gugus imido; karma 4 gugus demikian, mureksida dapat dinyatakan sebagai H4D. Hanya 2 dari keempat Hidrogen yang bersifat asam ini dapat disingkirkan dengan menambahkan suatu alkali hidroksida, sehingga hanya 2 niali pK yang perlu dipertimbangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar